By: Wayan Ayumita Astrina
Om Swastyastu kawan-kawanku, sedikit info tentang hari
puasa, tentu kawan-kawan tidak asing lagi mendengar kata puasa dan anggapan
orang-orang tentang “Berpuasa”. Orang sering kali beranggapan bahwa puasa
adalah tirakat yang dilakukan untuk memperoleh kesaktian batin dan memperoleh
anugrah-anugrah gaib tertentu, sehingga tidak banyak umat Hindu yang melakukan
puasa secara rutin.Dalam kitab suci Veda sebenarnya terdapat banyak
aturan-aturan yang membahas tentang puasa dan jenis-jenisnya. Puasa tidak hanya
sekedar latihan pengendalian diri, tetapi juga ditujukan untuk memperingati
momen-momen tertentu. Bahkan menurut beberapa sumber, pada dasarnya puasa
menurut Veda juga menghasilkan phala (buah perbuatan) tertentu yang
meskipun dalam banyak sloka-sloka Veda selalu ditegaskan bahwa kita tidak boleh
terikat pada hasil tersebut.
Nah kawan-kawanku salah satu hari untuk melakukan
puasa yang paling dikenal dan diterapkan oleh pemeluk Veda di seluruh dunia
adalah puasa Ekadasi. Ekadasi berasal dari kata Eka dan Dasi. Eka berarti
satu dan Dasa/dasi berarti sepuluh. Ekadasi adalah puasa yang sangat keramat
dilaksanakan pada hari ke sebelas dihitung mulai dari sehari setelah bulan purnama
atau bulan mati sebagai hari yang pertama dan lusa dihitung sebagai hari yang
ke dua dan seterusnya hingga hari ke sebelas.Pada hari ke sebelas ini umat
Hindu dianjurkan untuk melakukan puasa Ekadasi karena dikatakan puasa ekadasi
ini bila dilaksanakan secara teratur akan dapat menghilangkan semua dosa dan
kebodohan dalam diri manusia sekaligus merubah nasib hidupnya, bahkan dapat
meningkatkan kekuatan batin, hingga ke tingkat yang paling tinggi yakni
tingkatan bhakti kepada Tuhan.
Dalam satu bulan terdapat 2 hari Ekadasi dan juga 1
atau 2 jadwal puasa selain Ekadasi dalam rangka memperingati kemunculan
Avatara, Rsi/guru kerohanian, atau even-even yang lainnya.Puasa Ekadasi
dilakukan mulai jam 00.00 dan baru berakhir pada hari berikutnya kira-kira setelah
sembahyang pagi saat Brahma Muhurta yang waktunya tidak tentu dan sesuai
dengan perhitungan Jyotisa (Astronomi Veda). Jadi waktu puasa Ekadasi rata-rata
adalah 30 jam lebih.Bagi mkawan-kawanku yang tidak kuat menahan lapar atau
mungkin karena alasan tertentu dapat melakukan puasa Ekadasi dengan berpantang
memakan biji-bijian. Jadi hanya dapat memakan buah-buahan atau umbi-umbian.
Bagaimana cara menutup upawasa yang baik? untuk
menutupnya didahului dengan minum segelas air bercampur air jeruk nipis. Setengah
jam kemudian diikuti dengan makan pisang. Tetapi pisangnya tidak dikunyah
halus, melainkan hanya dipotong potong dengan gigi kemudian ditelan. Tapi ada
lagi cara yang lain kawan-kawanku yaitu Cara paling baik menutup Upawasa adalah
dengan cara minum air pada detik yang tepat penutupan Upawasa. Penutupan
Upawasa dengan air dianjurkan mengingat dalam tradisi Veda, air diyakini
berfungsi sebagai jalan tengah, tutup puasa atau pun tidak.
Ada sedikit cerita, ketika Maharaja Ambrisha
kedatangan rombongan Resi Durwasa, Maharaja Ambrisha sedang melaksanakan
Upawasa. Sebelum dijamu makan, Resi Durwasa mengatakan akan mandi dulu ke
sungai dan akan balik setelah mandi.Pada detik Maharaja Ambrisha harus membuka
puasa Resi Durwasa belum juga datang. Akhirnya, atas anjuran pada pendeta
penasihat kerajaan, Maharaja Ambrisha meminum air untuk menutup puasanya.
Tetapi, meminum air juga dianggap tidak makan, sehingga Maharaja Ambrisha juga
terbebas dari kesalahan makan sebelum tamu (Resi Durwasa) disuguhkan makanan.
Nah kawan-kawaku pasti bsa menyimpulkan dari cerita tersebut.
Jadi, kenapa kita tidak mencoba menerapkan puasa
Ekadasi ini secara teratur dari sekarang? AYOOO.. KAWAN-KAWAN KITA TERAPAN DARI
SEKARANG PUASA EKADARI,, DIJAMIN DEEEEHHHH NDA AKAN RUGIIII,,,,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar